Rabu, 10 November 2021

Perjalanan

Selalu ada yang spesial dari perjalanan. Entah perjalanan pulang atau perjalanan pergi. Entah seberapa sering kamu melewati jalan yang sama atau berbeda. Dengan sarana yang sama atau berbeda.

Rasanya ketika kamu naik bis, travel, kereta, pesawat atau jenis transportasi lainnya, kamu berhenti dari dunia sibukmu untuk sejenak. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, kamu memperhatikan sekitarmu. 

Kamu habiskan waktu untuk memandang pohon-pohon, rumah-rumah, gunung-gunung, sawah-sawah, awan, tepi pantai, sinar matahari, lampu malam hari, atau bahkan refleksi wajahmu sendiri di kaca mobil/kereta. Dan itu semua membuat hatimu menjadi melow, in a good way. Rasa kagum, terpesona, syukur, lega, harap, dan rindu akan sesuatu yang tidak bisa kamu jelaskan-mungkin inilah rasa rindu terhadap Tuhanmu-bercampur menjadi satu. Terkadang pemandangan-pemandangan itu membuat kamu flashback akan kenangan-kenangan dan pengalaman yang sudah kamu lewati, just how far you have come. Untukku, flashback selalu memicu rasa tersendiri di hati yang sulit untuk aku jelaskan.

Kamu diam-diam mendengarkan percakapan penumpang lain dan mengambil pelajaran dari percakapan yang kamu anggap cukup seru itu. Atau untuk kasus umiku, perjalanan adalah saatnya mencari kenalan baru, teman obrolan baru. 

Kamu letakkan hpmu untuk sementara. Kamu sibuk menonton orang-orang. Tanpa aku sadari, aku suka memperhatikan orang-orang. Bagaimana 2 orang sahabat lelaki yang berjabat tangan ketika berpisah di stasiun, seorang anak dipeluk erat dengan orangtuanya sebelum berangkat. Hemm mungkin akan pergi dalam waktu yang lama, pikirku. Atau ada juga 1 orang yang diantar hingga belasan anggota keluarga. Kemudain, mbak-mbak/mas-mas telat berlari karena pesawat/kereta sudah akan berangkat. Dalam setiap perjalananku, setiap observasiku terhadap manusia- selalu ada yang telat. Dan kadang sebagian dari mereka tetap bisa santai walaupun telat, masih sempat pelukan dan ngobrol lama. 

Ada juga 2 sahabat wanita muslimah muda yang berpakaian asik banget menurutku dan betapa mandiri dan adventurousnya mereka. Ketika aku kecil dan melihat seperti mbak-mbak itu, aku berharap jika aku besar nanti bisa jadi seperti mereka. Hahaha.

Kemudian suami istri yang walaupun sudah tua masih tetap so sweet. Suami yang segera mengambil barang-barang bawaan istrinya, biar dia saja yang berberat-berat ria, jangan istrinya. Lalu ada orang-orang yang pakaiannya seksi, muslimah-muslimah yang tetap bisa keren, anak-anak yang gendut, orang-orang yang (tampaknya) kaya, orang-orang yang baru pertama kali melakukan perjalanan, bule-bule, bahkan artis.

Aku berpangku tangan menyaksikan manusia-manusia. Menerka-nerka, membaca gesture, bahkan menjudge  mereka dalam pikiranku sendiri. Ameuncul juga pertanyaan-pertanyaan tidak begitu penting seperti kenapa laki-laki harus memakai ikat pinggang dan membuat repot diri mereka sendiri atau kenapa laptop harus dikeluarkan- saat pemeriksaan barang di bandara.  

Aku belajar...

Wow betapa beragam manusia. 

Betapa menenangkan alam.

Betapa menggugah sebuah perjalanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yang Dipikirkan Sahabat Jomblo Setiap Kita Cerita Kisah Cinta

 Warning: tulisan ini tidak sengaja aku temukan di buku catatanku. Aku juga gak tau ini jaman aku SMA atau Kuliah. Jujur saja aku juga kaget...