Habis dari Interna terus masuk ke Jiwa itu rasanya kayak Hmmm hmmm hmmm nya Nissa Sabyan. Interna yang klinis bgt, penyakit bgt, science banget, eksak banget, dokter banget ke Jiwa yang isinya main-main perasaan. Eet eet perasaan jangan dimainin kata nenek itu berbahaya heeeey ~~ *nyanyi* . Gak nyambung oke kita ganti paragraf
Jiwa itu justru kayak serba : belum dapat dijelaskan. Ya emang sih neurotransmitter dan lain-lain tapi tetap aja kenapa begitu itu kayak masih menjadi Misteri. Tapi justru itu aku sadar, bahwa gak segala sesuatu itu bisa dijelaskan, gak segala sesuatu itu ada ilmunya. Sometimes ya emang terjadi aja. Kalo kata Ed Sheeran maybe just a part of a plan. Dengan begitu juga kamu percaya bahwa ada sesuatu dibalik itu semua. Ada hal-hal yang gak bisa dijangkau oleh ilmu manusia. Oke, terlalu dalam. Ganti paragraf.
Tak disangka Staff-staff a.k.a Dokter-dokter spesialis Jiwa pada ramah. Seperti yang sudah aku sebutkan di postingan sebelumnya, mereka selalu mau tau nama kita siapa, darimana, anak keberapa, kerja orangtua apa, asal darimana, khasnya daerah kita apa, artis dari daerah kita siapa, sampe jodoh-jodohin yang sesama daerahnya. Begitu aja, aku merasa dihargai (aku emang wanita sederhana ya).
Mungkin karena di jiwa itu penting banget ya memperhatikan perasaan pasien. Bahwa sakit itu bukan hanya disebabkan ada yang salah dari organnya tapi ada yg salah dari psikologisnya. Attitude penting banget dijiwa. Ahli ngomong juga penting banget disini. Bakat-bakat sering dicurhatin teman dan sering menasihati tentang masalah berkaitan hubungan dengan pacar walaupun sendirinya gak pernah pacaran, cocok banget disini. Kalo interna senjatanya alat KUVS, disini senjatanya dari mulut kita aja.
Banyak hal-hal yang menurut kita biasa aja atau "ah gitu doang" itu ternyata belum tentu biasa aja buat orang lain. Kepala terbentur biasa aja udah bisa sampe bikin perubahan perilaku. Putus cinta aja sampe bikin gangguan jiwa bertahun-tahun. Memang cinta itu berbahaya. Ada yg gak ada pemicu-pemicu apa-apa eh kena aja. Curious bgt sih tentang berbagai macam gangguan-gangguan yang bahkan bisa aneh banget. Yang paling bikin aku terkesan itu tentang Disocciative Identity Disorder/multiple personality disorder dan fugue disiosiatif. Bagaimana mungkin 1 orang bisa punya kepribadian yang jelas sangat berbeda, bisa mempengaruhi kepribadian yang lain tapi tapi aaah susah deh dijelasin. Gara-gara ini aku rela nonton film taun 1957 yang masih itam putih itu yang katanya based on true story. Keren banget sih gila aku gak nyesal nontonnya dan membuat diriku yang bego ini jadi lebih mengerti. Recommended lah judulnya The Three Faces of Eve. Oiya selama di Jiwa ini aku banyak nonton film-film kejiwaan supaya lebih paham . Ehemz :p
Beruntungnya diriku adalah aku dan teman sekloter haji itu sempat dapat Stase RSJ. Padahal nih udah 2 bulanan stase RSJ sempat diberhentikan mbuh lah urusan administrasi kebijakan manajemen begitu-begitu. Eh alhamdulillahnya tanpa diduga kita ujug-ujug minggu ke3 disuruh aja ke RSJ. Disitulah petualangan di mulai.
Ada berbagai macam pasien yang berlimpah dibanding poli dan bangsal di RSUD biasa. Cerita mereka berbeda-beda. Let me tell you some of them.
Mbak SI adalah pasien pertamaku yang bener-bener aku full wawancara sendiri. Dia masih 27 tahun. Dia gak merasa sakit. Sangat normal malah kelihatannya. Awalnya aku mikir kasian banget digabung dengan teman-teman lainnya yang kondisinya agak parah. Logat Mbaknya agak lain, ternyata dia sempat kerja di Malaysia jadi logatnya logat sana. Dia kooperatif, nyambung juga diajak bicara, katanya suka baca, buat puisi, nulis. Disini nih pentingnya menggali lubang tutup lubang, lama-lama mulai ada anehnya. Waham kebesarannya muncul, katanya banyak yang suka sama dia. Lama-lama bilang juga kalo malam sering keluar keliling kampung untuk jagain kampung dari maling. Dan dia kelilingnya sendiri, setiap hari, jadi bukan suatu giliran ronda. Bipolar.
Setelah dikonfirmasi ke keluarga via telepon, ternyata mbaknya juga suka keluyuran, nyapu rumah sampai ke halaman-halaman kampungnya di sapu, marah-marah, suka berpakaian rapi kayak orang kerja padahal gak, berani sama keluarga dan lain-lain. Katanya mulai berubah sejak pulang dari Malaysia itu. Di Malaysia kenapa-kenapa juga gak tau.
Daan so sweetnya adalah di hari ketiga aku masuk kebangsalnya dia (selama 3 hari tetap masuk bangsal tsb untuk wawancara pasien lain tapi aku tetap menyapa Mbak SI), dia tiba-tiba "ini untuk kamu" sambil ngasih kertas kecil gitu. Ternyata itu sejenis puisi yang dibuat. Awwww. Padahal yang wawancara dia bukan cuma aku aja lho, tp yg dikasi aku doang. Thanks Mbak SI, semoga sehat terus ya baik fisik dan jiwa semoga kita bisa ketemu lagi di lain waktu.
Selama berinteraksi dengan pasien-pasien Jiwa, aku belajar 1 hal yang penting banget : KEBUTUHAN UNTUK DI DENGARKAN ITU TINGGI BANGET
Semua pasien-pasien bangsal di RSJ berebuatan pengen di wawancarai. Mereka ingin bercerita. Mereka ingin di dengarkan. Pasien-pasien Gangguan Jiwa bukan cuma butuh dikasih barang berharga, uang bulanan oleh anak-anak mereka, mereka juga ingin ditanyai kabar, ingin diajak bicara, ingin ada seseorang untuk berbagi cerita. Perasaan yang dipendam bisa banget bikin orang merasa sendiri, kemudian emosinya numpuk-numpuk dan bikin gangguan jiwa. Seorang keluarga pasien yang mengantarkan ibunya yang Skizofrenia bilang ke aku : "Ternyata ya Mbak, nyenangin hati orang tua itu bukan cuma memenuhi apa yang dibutuhkan, ngasih ini itu, tapi harus juga jaga hatinya, dengarin curhat-curhatnya, dan menjadi tempat pelariannya kalo ada masalah"
Aku juga terkesima dan tersadara saat seorang Res Jiwa Pin Biru (Kasta tertinggi Per-Residen-an) bilang : "Jangan bilang orang kena gangguan jiwa karena kurang bagus agamanya, kurang tebal imannya, jelek pengendalian emosinya, kurang berpendidikan dan lain-lain. Karena gangguan jiwa itu bisa mengenai siapa saja, orang alim/tidak, orang kaya/miskin, orang pintar/tidak, orang baik-baik/tidak". Ya, dulu aku sempat berfikir demikian seperti orang-orang kebanyakan tapi sekarang aku sadar semua, siapa saja, bisa terkena gangguan jiwa karena memang banyak faktor yang mempengaruhi. Jadi JANGAN JUDGE orang yang kena gangguan jiwa karena dia gak alim atau sebagainya.
Ada 1 hal lagi yang bikin aku terkesima. Seorang Dokter Laki-laki Sp.KJ bilang di suatu bimbingan, "sebenarnya penyebaran agama lewat Nabi itu awalnya adalah suatu waham". Waham, suatu isi pikir/keyakinan yang tidak logis bagi orang-orang kebanyakan, sesuatu yang 100% dipercayai oleh yang punya waham, bersifat egosentris, sulit untuk dikoreksi oleh orang lain, dan hidup sesuai wahamnya. Misalnya Nabi Muhammad yang melakukan perjalanan Isra' Miraj. Nabi pergi ke langit ke7, naik Buroq (kendaraan tercepat di seluruh jagad), bertemu malaikat, bertemu Nabi-nabi lainnya, bertemu Alloh. Semuanya itu hanya Nabi Muhammad sendiri yang mengalami lalu diceritakan ke orang-orang. Bagi orang-orang umum tentu itu sangat tidak logis dan mustahil. Kemudian dianggaplah Nabi Muhammad gila/waham tadi.
Yang aku pikirkan dan salutkan adalah bagaimana mungkin pengikut-pengikut Nabi bisa percaya dengan cerita Nabi yang mustahil itu? cerita Nabi yang hanya Nabi sendiri yang mengalami? Bagaimana mungkin pengikut-pengikut Nabi bisa percaya padahal jelas-jelas Nabi sudah memenuhi 5 kriteria waham tadi? Bagaimana mereka bisa yakin bahwa Muhammad itu memang Nabi?
I mean, berarti Iman sahabat-sahabat Nabi saat itu memang tinggi sekali. Mereka tetap percaya pada Nabi walaupun sebenarnya kejadian Isra' Miraj tadi memang normalnya tidak masuk diakal. Mereka tidak kemudian ragu bahwa jangan-jangan Muhammad itu memang gila. Mereka percaya 100%. Mereka percaya pada Alloh, sesuatu yang gaib, sesuatu yang tak terlihat dengan mata. Mereka korbankan uang, waktu, tenaga, kampung halaman, keluarga demi Alloh, demi Nabi. Modal mereka cuma IMAN, hanya PERCAYA. Coba saja Nabi cerita tentang Isra' Miraj ke generasi jaman sekarang. Mungkin gak ada sama sekali yang percaya sama Nabi dan menganggap Nabi gila. Menganggap diri sendiri sudah hebat dan semuanya terjadi karena kehebatan manusia.
Jadi sebenarnya seberapa besar iman kita? Mungkin kita hanya Percaya/Iman karena kita adalah keturunan dari orang-orang beragama Islam. Seandainya kita berada di situasi dulu seperti Para Sahabat Nabi, hati kita yang lemah nan egois ini pasti tidak akan percaya. Aku merasa betapa cetek imanku. Rasanya lupa kecanggihan dan keberuntungan saat ini pun karena perjuangan-perjuangan mereka jaman dulu. Rasanya lupa bahwa Allah, sang Goib yang membuat hari kita menjadi lancar. Rasanya lupa bahwa kegiatan-kegiatan yang kita lakukan semua karena adanya hembusan napas ritmis yang masih diijinkan oleh Allah.
Subhanalloh sekali sahabat-sahabat jaman dulu. Semoga aku, keluarga, keturunanku, mukmin dan mukiminat bisa bersama mereka di surga kelak. Aaamiin