Sabtu, 13 November 2021

All Too Well

Memperingati keluarnya album rekaman ulang Taylor Swift yang RED mari kita bahas sedikit tentang pengalamanku di era ini.

Dulu, aku itu gak ngikutin lagu-lagu barat. Sampe akhirnya di akhir kelas 1 SMA, aku memutuskan untuk ngikutin lagu barat yang bagus demi belajar bahasa Inggris 😅 Beberapa lagu pertama yang aku sukai sejak itu adalah Someone Like You-nya Adele sama Leaving on A Jetplane yang sering aku nyanyiin di kelas sampe temanku masih ingat sekarang haha. 

Lagu Taylor pertama yang aku tau itu Love Story. Dari Miss Sarah, orang Amerika yang transmigrasi ngajar bahasa inggris di sekolahku. Sebenarnya dia gak ngenalin secara langsung, waktu itu di kelas lain yang dia ajar, murid-murid disuruh pilih mau diajarin lagu Here Comes The Sun-nya The Beatles atau Love Story-nya Taylor Swift. Sayangnya penawaran itu gak berlaku di kelasku, ujug-ujug kita dapat lagu Hear Comes The Sun, tapi aku dari teman kelas lain kalo ada lagu Love Storynya Taylor Swift. Setelah itu lagu kedua yang aku tau dari Taylor adalah You Belong With Me, karena jadi backsound di cuplikan highlight bola Lensa Olahraga ANTV.

Oke, next. Keluarlah album RED di tahun 2012. Tentu saja aku tidak ngeh karena aku kudet. Tibalah 2014 dan semuanya menjadi pas. Taylor konser di Indonesia, es krim Cornetto Taylor, dan ...well 2014. Kalau dipikir-dipikir sekarang, 2014 benar-benar tahun yang ....something.

Aku masih ingat dulu minta beli es krim Cornetto sama abiku tapi harus yang ada Taylor Swiftnya. Tentu saja hal seperti itu mudah ya di kota-kota lain, tapi tidak di Sumbawa city. Abi malah beliin yang Cornetto biasa. Walaupun akhirnya dapat juga sih Cornettonya Taylor, seneng banget yaa padahal rasanya yo podo wae mbek liane. 

Aku juga masih ingat pernah cerita sama seorang teman lagu Taylor Swift yang Red itu jelek. Eh suatu saat aku ke Gramedia, terus lagu Red ini diputar, beuuh langsung terdengar bagus! sampe sekarang aku jadi suka Red dan sering aku putar pagi-pagi sebelum kerja berangkat koas/isip supaya bahagia dan mood bagus. Sejak itu aku belajar 1 hal : Gramedia bisa bikin lagu terdengar jauh lebih bagus!

Sooo.. salah satu lagu dari album Red ini yang relatable denganku di jaman 2014 itu adalah All Too Well. Not in a romantic way. Siapa bilang pengalaman paling menyakitkan itu adalah hubungan percintaan. Friendship breakup is very painful too. At least, in my case. Selanjutnya, aku akan menggunakan kata "mereka" supaya lebih vague 😏

Aku gak pernah merasa sesendirian itu dalam hidupku, se-tidak diiginkan seperti itu, sehancur itu. Kejadiannya seperti sangat tiba-tiba dan se-intense itu. Dalam sekejap semuanya berubah. Aku pernah dengar seorang psikolog bilang-kayaknya pernah aku singgung juga di blog ini-perkembangan kepribadian seseorang itu berhenti di usia 18 tahun. Kejadian itu terjadi sebelum aku usia 18 tahun. Mungkin itu yang bikin aku gak gampang percaya sama orang-orang, hati-hati sama orang-orang, sering bertanya-tanya motif orang kenapa mau jadi temanku sampai sekarang. Aku yang sudah independen dari dulu makin-makin independen, makin lebih suka sendiri dan tidak berurusan dengan banyak orang.

Belum lagi riaknya dari kejadian itu: nilai UANku jelek banget (aku orangnya tanpa sadar selalu ingat angka-angka nilai rapotku tapi khusus ini gak sama sekali, saking parahnya dan tidak mau banget aku ingat), SNMPTN gak lulus, ranking Try Out di Bimbel GO Jogja anjlok dan seterusnya. Sempet down sih. Hal jelek itu sering sekali datang bersamaan, kawan. 

Itu kenapa lagu All Too Well relatable, selain nada lagunya yang juga pas untuk bersedih ria, ada beberapa lirik dari lagu All Too Well yang persis banget aku rasakan

I'd like to be my old self again but I'm still trying to find it
Karena kejadian itu, aku jadi beda banget dengan diriku yang dulu. Rasanya perasaan sakit itu menghantui. Walaupun  aku membaik, bisa ketawa dan lain-lain tapi tetap ada rasa luka di hati. Kamu sayang mereka tapi kamu juga benci mereka. That is the worst feeling ever. Aku selalu pengen banget kembali ke masa sebelum semuanya terjadi. Aku yang bahagia dan positif. Sangat, sangat positif. Dan mencintai dunia. Aku terus mencari-mencari diriku yang dulu, tapi tidak bisa aku temukan. Dan itu bertahan sampai bertahun-tahun.

I might be okay but I'm not fine at all
Di luar mungkin tampak baik-baik saja, teman-teman sekolah juga gak ada yang ngeh kecuali mereka. Aku juga gak cerita ke umiku, padahal I tell my mom everything. Rasanya aku malas banget masuk sekolah. Aku lebih milih duduk di meja yang kursinya sendiri atau bahkan duduk sama teman cowok padahal aku gak pernah duduk sama teman cowok. 

So casually cruel in the name of being honest
Brutal. brutal banget. Kamu bukan dipukuli secara fisik. Bukan di maki-maki depan umum. Bukan bertengkar yang saling teriak-teriak. Kamu ditinggal begitu saja, tanpa kata. Ditinggal mereka saat kamu justru berpihak/membela mereka. Ditinggal di tengah permasalahan yang sebenarnya permasalahannya muncul karena mereka hanya karena mereka tidak mau terlibat drama hidup lainnya. Itu hal paling brutal di dunia. Ketika kamu pikir kamu bertemu soulmatemu, tapi ternyata mereka tidak berpikiran yang sama. 

Back before you lost the one real thing you've ever known
Di lirik dan videoklipnya,eh.. shortfilmnya maksudnya, menggambarkan seakan si cowok ini menyesal. Mungkin itu cuma anggapannya Taylor ya. Si cowok bisa jadi (kemungkinan besar) baik-baik saja dan tidak merasa bersalah. Tapi jujur aja, aku juga menganggap hal yang sama. Dalam otakku, sometimes they wonder about me, mengingat kenangan-kenangan indah bersama, rindu denganku, betapa mereka kehilangan sesuatu yang real yang ada di depan mata mereka. Tapi seperti Taylor, itu mungkin cuma anggapanku. Mereka bisa jadi (kemungkinan besar) baik-baik saja dan tidak merasa bersalah. 

Dan semua itu ditambah bahwa betapa I remember it All Too Well!
Aku ingat dulu aku berdoa dalam hati sama Allah, aku ingin mengcapture momen-momen dalam hidupku dan menghayatinya sedalam mungkin karena aku merasa sebelumnya aku melewati banyak hal dan tidak cukup mengapresiasi hal-hal itu. Setelah berdoa, itu benar-benar terjadi. Tapi sayangnya, momen menyakitkan pun aku ingat sedalam itu. I remember it all too well. 

Sekarang, aku yakin Taylor sudah move on. Aku pun begitu. Kalo ketemu lirik I'd like to be my old self again but I'm still trying to find it, aku sudah biasa-biasa saja. Tidak, aku tetap tidak menemukan diriku yang dulu. Tapi aku merasa cukup dengan diriku yang sekarang. Aku ketemu teman-teman baru, bahkan swifties di tahun 2014 itu juga. Aku lulus SBMPTN. Ketemu teman-teman baru lagi. Allah tau, dan Allah ganti. 

Walaupun sudah 9 tahun sejak album RED keluar dan Taylor sudah move on, tapi dia masih aja nyindir-nyindir si cowok bahkan buatin shortfilm yang makin memperjelas keburukan si cowok. Rasa-rasanya aku mengerti. Walaupun aku sudah move on, tapi tetap ada rasa pahit di belakang kerongkonganku tiap ingat masa itu, tiap dengar tentang mereka. Aku tidak peduli kabar mereka dan tidak mau terlibat dengan mereka. 

Balik lagi, Allah tau dan akan Allah ganti dengan apapun yang lebih baik.
Jadi, mari kita nikmati lagu All Too Well bukan dengan rasa sedih dan sakit lagi, tapi dengan rasa bangga karena sudah berhasil melewati masa susah itu.

1 komentar:

Yang Dipikirkan Sahabat Jomblo Setiap Kita Cerita Kisah Cinta

 Warning: tulisan ini tidak sengaja aku temukan di buku catatanku. Aku juga gak tau ini jaman aku SMA atau Kuliah. Jujur saja aku juga kaget...