Jumat, 28 Desember 2018

Cerita Koas : Behind the Story

It's not easy. At all.

Ini bukan saja tentang Koas tapi lingkungan disekitarnya, tumbuh dewasa bersamanya.

Di awal masuk Koas saja aku sudah berpikir "Aku rasa aku gak akan menganjurkan anakku jadi Dokter". Because it's not easy.

Aku ibarat gelas kaca yang bagus dan dijaga-jaga tapi gampang pecah sewaktu-waktu.
Baru tergores saja susah untuk diperbaiki.

Dengan anankastikku, aku semakin berkurang dan berkurang dalam hal mempercayai orang lain. Aku gak parcaya orang lain. Even my family.

Rasanya semakin merasa sendiri dan sendiri. No body really cares.

Situasi, keadaaan dan orang-orang sekitarmu somehow (walaupun tak langsung) menunjukkan kalo kamu gak worth it, kamu jelek, kamu bodoh, kamu useless, kamu kampungan, kamu annoying, kamu gak terkenal, kamu bukan anak siapa-siapa, kamu gak kaya daaaan lainnya. Begitulah standar-standar manusia pada umumnya. Dan sayangnya kamu minoritas.

Sangat gak enak rasanya jalan bersama orang yang gak sejalan dengan kamu.

Bete banget rasanya ketika kamu sudah berusaha semaksimal mungkin tapi tidak dihargai.

Jengkel rasanya kamu gampang sekali dilupakan.

Rasanya kegelapan perlahan merasuk merenggut kebahagiaanku.

ini dan itu

semuanya kecil awalnya. tapi bertambah bertambah bertambah dan numpuk, sesak. Sampai akhirnya meledak dan pecah. Tumpah isi gelas kaca tadi.

It's just not easy kawan. at all.

Yang Dipikirkan Sahabat Jomblo Setiap Kita Cerita Kisah Cinta

 Warning: tulisan ini tidak sengaja aku temukan di buku catatanku. Aku juga gak tau ini jaman aku SMA atau Kuliah. Jujur saja aku juga kaget...