Rabu, 09 Desember 2020

Kenapa kita renggang?

Aku punya teori ini sejak aku masuk SMA, bahwa ada 3 hal yang membuat hubungan persahabatan (atau hubungan lainnya) berakhir. Tapi setalah sekarang berumur 24 tahun,  aku menemukan 1 hal lain alasan kenapa suatu hubungan berakhir..


1. Jarak

Beda daerah. Beda sekolahan. Beda tempat kuliah. Bahkan hanya beda kelas. Setiap masuk fase sekolah yang lebih tinggi, pertemanan yang sebelumnya pasti menjauh karena alasan-alasan tersebut. Aku bertanya kenapa bisa? kenapa hanya beda kelas aja bisa bikin gak dekat lagi. Kenapa persahabatan hanya sesempit itu. Apakah memang itu artinya persahbatannya dari awal memang gak kuat? Apa mungkin alasan bersahabat hanya karena beradai di situasi dan lokasi yang sama?   setelah gak bareng terus putus gitu? Sampai sekarang aku pun masih bertanya-tanya tapi memang begitulah yang terjadi


2. Orang ketiga

Kalo ada orang lain yang dirasa lebih keren, lebih asik, lebih enak diajak ngomong/hangout pasti pertemanan yang lama jadi renggang. Menurutku normal sih ketemu orang baru dan bersahabat dengan orang baru, tapi kalo sampe renggang atau bahkan putus dengan teman yang lama itu rasanya sakit ya. Memang manusia itu cocok-cocokkan kan ya. Kalo lebih dekat dengan  sahabat tertentu daripada sahabat yang lain itu wajar. Seharusnya tiap orang punya masing-masing tempat spesial di hati walaupun porsinya beda, bukannya terus malah lupa sama teman lama. 

Yah mungkin memang teman itu seleksi alam. Semakin ada orang lain yang dirasa lebih coock, semakin tersingkir orang yang sedikit sekali kecocokannya. Dulu aku pernah ngobrol masalah "teman adalah seleksi alam" ini dengan teman dekatku. Aku bilang "kalo teman itu seleksi alam aku pasti sudah tereliminasi dari pertemananmu." Daaan kenyatannya sekarang aku sudah jarang banget kontak sama dia. Sepertinya aku memang sudah tereliminasi. 

Mungkin teman adalah seleksi alam pada akhirnya memang benar. Dan dikondisi ini rasanya kita juga tidak bisa menyalahkan alam


3. Masalah

Kalo ada masalah cukup besar, disitulah suatu ikatan persahabatan diuji . Apakah sama-sama mau berjuang mempertahankan? atau justru salah 1 pihak mundur teratur malas terlibat masalah dalam hidup yang sudah banyak masalah ini (dan ini seriiiing banget kejadian)? Berarti itu artinya kamu tidak cukup pantas untuk diperjuangkan. Berarti dari awal kamu mungkin tidak sepenting itu dalam hidupnya.

Rasanya setelah diterpa masalah, disitu kamu bisa liat motif seseorang, kenapa sih dia mau bersahabat dengan kamu? Heei jangan salah, banyak orang bersahabat karena punya motif-motif tertentu jauh di dalam hati. 

Rasanya setelah diterpa masalah, kamu jadi tau kedudukan dan artimu dalam hubungan ini seperti apa. Mungkin dia sudah banyak punya sahabat seperti kamu, yang kalo dia kehilangan 1 juga bakal fine-fine aja. 

Persahabatan yang sudah lama dan erat banget, selesai begitu aja karena hanya 1 masalah. Segampang itu. Se-rapuh itu. Rasanya terlalu gampang sekali orang melupakan momen-momen dan kenangan bersama dan pergi begiut aja


Aku sudah mengalami banyak pengalaman kasus 1 dan beberapa pengalaman kasus 2 yang pada akhirnya aku paham bahwa memang kadang people come and go dan waktu akan menyembuhkan kita. Dan aku pernah mengalami 1 pengalaman kasus 3 dan itu paraaaah paraah banget. Hidup rasanya berubah seketika dan kamu kaget dan denial. You hate her but you still care for her. You want them back but You  actually dont want this person anymore.  Banyak sisi kehidupanmu terpengaruhi bahkan kepribadianmu. Dan waktu yang dibutuhkan lama, lama, lamaaa sekali untuk bisa sembuh. Bahkan jika dilihat kebelakang, masih ada rasa sakit disana. Putus dengan sahabat itu bisa sesakit itu. Bisa sampe nangis mewek. Bisa bikin trust issue. Bikin merasa gak worth it. Dan mungkin mempengaruhi hubungan-hubunganmu di masa depan


Tapi ada 1 lagi alasan kenapa suatu persahbatan itu bisa berakhir dan aku baru sadar bahwa memang kejadian seperti ini sering terjadi

4. Grow apart

Masih di tempat yang sama, gak ada orang ketiga, gak ada masalah apa pun tapi rasanya sudah gak bisa dipertahankan. Hanya saja walaupun bersama, masing-masing sudah berkembang ke arah yang berlawanan. Beda kemauan, beda harapan, beda pandangan. Dan itu jauh lebih ngeri. Yang awalnya soulmate banget tapi jadi orang yang asing bagi satu sama lain. Di kondisi seperti ini, walaupun sama-sama berusaha mempertahankan, rasanya susah untuk kembali seperti sebelumnya dan itu justru membuat terluka. Kamu merindukan dia yang dulu, tapi dia merasa tidak pernah berubah. Dia merindukan kamu yang dulu, tapi kamu pun merasa tidak pernah berubah. Complicated. Tragic.


Pada akhirnya, itulah hidup. semuanya adalah proses agar kita menjadi kuat. People come and go supaya kita belajar sesuatu dari mereka. Walaupun rasanya menyakitkan orang segampang itu "go" tanpa berusaha. 

Menurutku penting untuk berusaha terlebih dahulu sebelum akhirnya pergi. Kadang perlu ada closure untuk bisa membuat hati ini berdamai!



 

Rabu, 15 April 2020

Sensasi Hidup Di Desa

Belakangan ini aku preokupasi pikiran tinggal di desa. Aku seperti menyadari kayaknya orang kayak aku cocoknya mungkin tinggal di desa aja kali ya karena kehidupan kota terlalu berat wkwk. Motoran di jalanan Solo aja udah bikin aku stres tingkat tinggi.

Bukannya Sumbawa juga udah desa ya? ahhaah sepertinya aku ingin yang lebih desa lagi?

Sejenis desa yang jarak rumah antar warganya berjauhan, pekarangannya warna hijau, kanan kiri jalannya juga pemandagan pohon-pohon atau rumput-rumput hijau yang menyejukkan mata. Desa yang warganya mungkin tersentuh teknologi seperti hp, medsos, internet tapi tidak banyak menghabiskan waktunya untuk itu. Desa yang kalo jalan-jalan lebih sering jalan kaki walaupun ada kendaraaan. Desa yang damai, kekeluargaan. Desa yang warganya sederhana dan mementingkan adab. Desa yang kalau ada pertemuan kampung, warganya datang tepat waktu.

Desa yang walaupun desa tapi tetap berusaha berkembang dan maju. 
Desa yang walaupun desa tapi punya guru kayak Bu Mus di Laskar Pelangi.
Desa yang walaupun desa tapi tiap orangnya profesional di bidangnya masing-masing.
Desa yang walaupun desa tapi kental kehidupan keagamaannya

Kayak faksi Amiti di Film Divergent

Terus sambil denger lagu Country selow yang petikan gitarnya asik banget kayak Slow Burn atau Love is A Wild Thing-nya Kacey Musgraves



Bless your ears

Duduk dibawah pohon sambil liat pemandangan dari jauh kayak gini

Terus punya kebun/sawah/tanaman yang bisa di panen. Yaaa gak harus aku yang punya sih. Warga gitu, tapi pas panen aku diajak metik atau dikasih hasilnya 😁



Terus kadang ada acara makan-makan bareng dengan latar belakang desa yang indah



Terus lagi warung makannya kayak gini
Hehe ini sih tingkat tinggi ya warung makannya. tapi gak apa-apa kan desa maju 😜

Terus lagi aku kalo mandang keluar rumah modelnya kayak gini


Daaaan rumahku modelnya kayak gini


Ya ampun mimpiku makin ketinggian wkwk. Yasudahlah mimpi kan gratis yaa..

Mungkin idealnya kayak di novel-novel Tere Liye gitu deh. Kehidupan yang dekat dengan alam dan belajar dari alam . WOW😍

Yasudahlah hahaha sibuk mimpi di tengah-tengah wabah Coronapyarrehai ini

Sabtu, 04 April 2020

Perjuangan Menjadi INFJ

INFJ

ya aku akan bahas tentang salah 1 jenis kepribadian dari 16 kepribadian MBTI. Aku sebenarnya maju mundur (cantik, cantik ) mau nulis tentang ini. Karena apa ya, nanti aku jadinya play victim mentang-mentang INFJ. Banyak masalah, ketidakcocokan, ketidakserasian, ketidaksukaan ku dengan orang lain karena aku INFJ. Aku sering membela diri (dalam hati sih) "ya karena aku INFJ" kalo lagi bermasalah/debat/dikritik orang. Tapi ya marilah kita menulisnya saja dalam rangka mengeluarkan uneg-uneg 😝 dan supaya aku (dan orang-orang) belajar untuk lebih menerima diriku sendiri.

Jadi awal mula aku menemukan bahwa aku seorang INFJ adalah tahun lalu. Aku nyoba-nyoba tesnya di 16personalities.com  Sejujurnya aku udah pernah dahulu-dahulu kala tes beginian secara aku kan maniak tes-tes tentang kepribadian. Dari dulu. Mulai dari kepribadian berdasarkan cara jalan, kepribadian dari model sepatu, baju yang dipakai daaaaan banyak lainnya. Pokoknya aku suka. Nah, tapi aku gak begitu ingat dulu hasil MBTI ku apa. Tapi kayaknya bukan INFJ deh 😬

Nah pas selesai tes, hasilku adalah INFJ. Okey. Eeeh pas aku baca deskripsinya aku kaget dooonkk! Aku seperti membaca tentang diriku sendiri dan itu creepy banget!! "Eh kok deskripsi ini ngertiin aku banget. Aku bahkan gak bisa jelasin tentang diriku sendiri" Aku overwhelmed seharian gara-gara itu. Ternyata kepribadianku yg sangat membingungkan ini ada namanya, INFJ! Ternyata aku gak depresi. Ternyata aku bukan kepribadian ganda. Ternyata aku memang bukan aneh dan merasa gak cocok dengan dunia ini. Ternyata memang ada di luar sana yang seperti aku. Ternyata aku tidak sendiri. Akhirnya mengerti 1 hal baru tetang dirimu membuat kamu merasa lega luar biasa HAHAHA.

Baiklah akan aku jelaskan sedikit tentang INFJ. Eh gak sedikit ding, kayaknya ini bakal jadi post yang panjang

Warning: mungkin banyak penjelasan disini yang tumpang tindih dengan kepribadianku diluar bawaan INFJ

Kepanjangan : INFJ (introversion-intuition-feeling-judging)

Nah itu dia. Jadi ada 15 personaliti lainnya berdasarkan 8 huruf tersebut.

Berikut beberapa poin yang menunjukkan atau tanda bahwa kamu seorang INFJ

1. Sering merasa kesepian dan "berbeda" dari orang lain
    Kenapa? karena INFJ itu kepribadian terlangka diantara 16 lainnya. Menurut web2 yang aku baca kisarannya 1-3% saja INFJ diantara semua manusia. Jadi wajar aja sering gak sama dengan orang lain. Weeh pas aku baca ini aku merasa keren donk. Tapi sekarang, klo dipikir-pikir Ya Alloh mending gak usah keren deh daripada merasa kesepian banget kayak gini. Aku bahkan sering merasa "I don't belong to this world". Orang-orang tidak berpikiran dan melihat dengan caraku lah.

"There are too few people who see the world as you do and that might have made it hard to relate to others. It might have led you to feel misunderstood by others over the years."




2. Punya intuisi yang tajam
    " INFJs have a highly accurate sense of intuition that they’ve been sharpening all their lives. Without understanding exactly why or how, an INFJ will see, within minutes of meeting an individual, their true character" Gila ini bener banget. Dalam 1 kali berinteraksi lah ya, gak usah dalam menit :p . Aku langsung bisa mencium aroma-aroma seperti apa orang ini. Apakah dia fake, apakah dia gak suka sama aku, apakah dia tipe ignorant dan lain-lain. 

Dulu waktu SMA aku pernah bilang gini ke Umiku "Mi kayaknya guru itu gak suka sama adek" terus Umiku cuma bilang "Ah perasaanmu aja". Akhirnya terbukti donk di tahun-tahun selanjutnya bahwa memang guru itu gak suka sama aku! 

Wah kejadian kayak gini sudah sering banget deh. Kalo aku cerita ke teman " Ih si X orangnya gini giti" terus pasti deh pada bilang "Gak kok dia baik kok dll" dan lama-lama terbuktilah  kebenarannya bahwa Si X emang gini gitu kayak yang aku bilang. 

Apalagi sekarang di usiaku 24 tahun beh rasanya sudah bisa screening tipe-tipe orang dengan cepat. Bahkan menebak seseorang dibalik apa yang tampak di permukaan. Gak tau deh susah jelasinnya. Orang-orang pasti gak percaya mulu. 

Itu kenapa kalo ada yang ngomong "Ayo mampir dulu" atau "Ayo main kerumahku" atau "Ayo barengan sama aku" , aku bisa baca itu beneran nawarin atau cuma basa-basi. Asli I can feel it. Kalo menurutku cuma basa-basi, pasti aku tolak. Itu kenapa kamu harus membuat aku yakin kalo kamu bukan sekedar basa-basi. HAHA

Tapi ya walaupun I can sense someone's personality since the first encounter, aku bakal melihat proses setelah itu juga. Walaupun aku punya warning tipe seperti apa orang ini, aku gak mau ngejudge orang dari first impression karena aku pun gak mau di judge hanya dari first impression. Aku orang yang bakal kamu kenal jika kamu semakin lama denganku. Jadi, penilaian awalku mungkin gak selalu benar.



3. INFJ CANNOT STAND SMALL TALK!
    Aku juga gak ngerti deh. Tapi kayak kurang bermanfaat gitu lho bicara hal-hal biasa. Aku sukanya bicara-bicara hal yang dalam. Tentang apa kek gitu pengembangan diri, tujuan hidup, perjalanan hidup, atau mungkin hal-hal yang "sering dianggap remeh" tapi ada makna dibaliknya. Aku jujur gak tahan sih kalo pembicaraan tentang "eh artis ini/ eh selebgram itu" selain aku kudet (yang ternyata juga bagian dari INFJ, kalo deskripsinya sih "remote"), aku jg merasa itu sangat dangkal. Aku juga males bicara tentang gosip, bukannya aku naif tapi seringnya adalah kita begitu nyinyir sama orang bukannya malah lebih lihat sisi-sisi lain dari gosip itu.

4. Empathetic and Understanding people on super deep level
    Aku selalu berusaha menempatkan diriku di posisi orang lain. Aku berusaha untuk mengerti bagaimana kalau aku yang ada di posisi mereka. Aku melihat sesuatu bukan hanya dari 1 perspektif tapi dari banyak perspektif. Aku bisa melihat orang dan seakan juga melihat kesusahan-kesusahan hidup yang dia alami. Selain itu, aku juga ingin mengenal orang lebih dalam, jauh ke dalam bahkan untuk orang-orang yang bukan temanku, yang baru sekali aku lihat. Misal Pak Satpam, tetanggaku, temanku yang bermasalah, abang2 grab, Bapak penjual sate dan lain-lain. Aku rasanya ingin duduk sama mereka, ingin berbincang bagaimana hidup mereka, apa kesusahan yang mereka alami, apa yang membuat mereka merasa beruntung, bagaimana cara pandang mereka terhadap ini, apa harapan mereka. Ya tapi sayangnya karena aku Infj (atau mungkin bkn infj ya tapi karena lebih ke malu atau tidak berani memulai haha) jadinya itu semua hanya diangan2ku saja.


5. Orang yang hangat dan membuat orang lain nyaman, bisa bergaul dan kadang dianggap ekstrovert
    Iam not sure about this one. Hahaha. Yang aku tau, beberapa orang memang sering cerita ke aku yang kata mereka "tidak pernah mereka ceritakan ke orang lain". Somehow, aku juga punya cara/pembawaan (yang aku gak ngerti juga) supaya orang-orang cerita lebih dalam tentang mereka. Kayak bisa mancing orang untuk cerita gitu. Kadang sekedar pertanyaan "Kamu pernah mikir untuk gak nikah gak?" wedeh langsung deh panjang kesana kemari bahasnya. 
    Aku ingat seorang teman ospek fakultas, baru hari pertama ketemu aku tiba-tiba sudah cerita banyak sekali tentang hubungan dia dengan seorang lelaki. Aku bahkan kaget. Dan dia juga kaget dan rada nyesal haha. Dan seorang teman pernah bilang kalo aku pendengar yang baik. Kalo sekarang ? 😬 Aku gak tau ya kayaknya tingkat keintimasi-an orang-orang di kuliahan itu rendah. Pada mikir dan sibuk diri sendiri. Bicaranya yang dangkal-dangkal, aku kan jadi merasa kesepian yg amat dalam haha. 
   Orang-orang yang kenal aku merasa aku orang yang sedang-sedang lah  gak introvert2 bgt. bahkan pernah ada yang bilang aku ekstovert. Padahal level keintrovertanku menurut suatu tes online itu sampe 90% wekswkkw. Di luar mungkin aku normal asik ketawa-ketawa, malah bikin jokes yang cuma aku sendiri yang ketawa padahal jauh di dalam aku sangat uuggh hahaha. Dulunya sih aku mikir apa aku punya kepribadian ganda ringan? 😁 ternyata tidak gengs


6. Seeking truth and meaning in everything
    "These people cannot swallow statements because “they are like that.” They want to see how things connect and understand the truth that binds everything together. They are the masters of connecting the dots and they have their judging character, their intuition, their deeper understanding of the mind, and their empathy to thank for that."
    Sangat mewakili👏

This type is a thinker. INFJs are old souls who spend a lot of time in their minds reflecting on their purpose and the meaning behind everything that happens to them.

You’re a deep and complex person but at the same time you also tend to live a very simple life


7. Menetapkan standar moral yang tinggi sehingga sensitif dan punya keinginan untuk merubah dunia
    "INFJs are people who set strong moral values and high standards that lead them through life. They live by the ideals of a better world and they believe that they are one of those who should try to make a change. These high values come in all aspects of their lives, be it relationships, work, society, family, you name it, and they will uphold their beliefs to the maximum."
    Standar moral yang tinggi ini yang bikin kadang gak fit in sama society wkwk. Ini juga yang bikin aku sangat sensitif. Pembahasan tentang sensitif bisa 1 judul sendiri. Intinya gaes, walaupun seseorang sensitif jangan pernah bilang langsung "wah kamu sensitif ya", karena kalo bisa kita juga gak mau!! 
Tentang mengubah dunia, ya aku bener-bener rasanya mau ubah deh banyak hal tentang dunia ini. Aku selalu bercita-cita besar. Pengen bantu orang. Tapi sayangnya aku gak yakin sekarang. Entah kenapa aku merasa dunia itu kejam banget HAHAHA. Being INFJ makin menambah perasaan itu. Disaat kamu mau ubah dunia karena persepektif mu begini dan begitu, tapi orang-orang hampir semua beda pendapat sama kamu bagaimana mungkin kamu mau ubah dunia? Kamu minoritas! Aku gak ngerti bagaimana Gandhi, Marthin Luther King Jr, Mother Theresa bisa melakukan itu. Yah Doakan saja aku juga bisa dengan caraku sendiri


8. INFJs are gifted in language and are often good writers
    Aku merasa gak jago dalam bicara, berbahasa ataupun bagus dalam menulis. Hanya saja mediaku untuk bicara lebih dalam dan luas biasanya melalui tulisan. Karena sifat thinker tadi, banyak sekali pikiran yang keluar dalam 1 waktu sehingga aku jadi susah sekali mau ngomong maksud dan tujuanku. Rasanya lebih tertata jika ditulis. Aku juga lebih suka teks daripada telpon. Aku gak begitu suka di telpon apalagi yang namanya Video Call!! Tapi gak semua introvert sih kayak gitu. Ya  mungkin karena tingkat introvertku yang 90% tadi😎


9. Senang dengan lingkup pertemenan kecil dan lebih suka kerja sendiri
    Ya aku cuma suka dengan orang-orang yang sefrekuensi sama aku walaupun yaaaa tetap aja gak sefrekuensi banget, tapi ya yang masih mepet-mepet gitulah terutama dalam hal-hal prinsip dan moral/adab. Aku gak suka rame-rame. Selain itu rame-rame juga kemungkinan beda pandagannya sama aku pasti lebih besar haha. Bahkan untuk pembicaraan mendalam aku lebih suka hanya 4 mata. Lebih privat dan lebih intim gak sih. Karena sering beda juga, aku mending kerja sendiri aja Ya Alloh. Kerja bareng itu malah bikin capek hati. Mending capek fisik daripada capek hati berharap supaya orang mengerti.  

10. Perfeksionis, Sulit mengambil keputusan, mudah stres, lemah akan kritikan, berprinsip all or nothing, menghidari konflik
   Ya ini semua benar dan banyak lagi astaga 😅


Kepribadian INFJ ini complicated. Mau dimengerti oleh orang-orang tapi dirinya sendiri saja tidak mengerti maunya apa sebenarnya. Aku yang terutama kuat di Intrapersonal aja(sejenis tipe kekuatan gitu ada interpersonal, kinestetik dll ada 9 klo gak salah) yang artinya kekuatannya adalah dalam mengerti dirinya sendiri, masih bingung mauku apa. HAHAHA. Dan aku merasa sampai kapanpun selalu ada hal yang mungkin aku gak akan pernah ngerti. Kalo aku mendefinisikan diriku sebagai pribadi yang punya banyak lapisan. Capek kadang. Capek. Aku bahkan merasa sering 'kumat' kalo sudah mulai banyak mikir. Kadang gak bisa kerja lain dah kalo sudah kumat gitu. 




Aku juga menemukan orang-orang yang lumayan dekat denganku ternyata juga INFJ dan aku langsung berkomentar "No way!" mana mungkin orang kayak X atau Q adalah seorang INFJ. Cara pandang mereka dengan aku berbeda banget woy! Mereka gak, gak banget, jauh banget dari INFJ! Terus aku jadi mikir, apa sesama INFJ pun beda ya? Kalo kayak gitu sedih banget sih, sama-sama INFJ aja merasa berbeda apalagi sama yang lain.

Aku gak tau sih selama ini juga aku tesnya online. Di berbagai website hasilnya INFJ. Pernah sekali ISFJ. Apa mungkin tes online kurang akurat? Aku juga pernah baca judul "kenapa orang-orang pada INFJ semua", kayaknya karena kepribadian langka, jadinya sistem tes itu berusaha untuk menyaring yang langka itu jadi malah semua jadi INFJ. Tentu ada sifat-sifat INFJ yang aku tidak miliki seperti : Visioner, kreatif, selalu ada untuk orang yang butuh bantuan, people pleaser, bisa mengkonfrontasi orang banyak. No, no bukan aku banget. 

Terus ada lagi teori katanya kepribadian itu ya terbentuk sebelum 18 tahun. Kalo sudah lewat 18 tahun gak akan berubah. Tapi kok aku baru merasa tu akhir-akhir ini ya. Maksudku dulu aku gak gini-gini banget deh. Gak ekstrim. Apa mungkin memang sebelum 18 tahun itu ada 1 kejadian itu yang bikin aku berubah banyak? atau mungkin dulu aku cuma INFJ ringan? hahaha emang ada istilah itu. 

Karena beda ini juga dan bukan kemauanku aku rasanya pengen banget orang supaya ngerti lah dikit. Rasanya aku pengen bilang
Sori karena aku gak asik
sori karena aku gak easy going dan fleksible
sori karena aku gak bisa diajak bicara banyak hal
sori karena aku gak suka di telpon
sori karena aku susah dimengerti
sori kalo aku gak cerita karena aku merasa orang-orang juga bakal tidak mengerti
sori karena aku gak banyak bicara
sori karena aku gak nyaman di keramaian dan ngumpul2
sori karena aku sangat sensitif
sori kalo aku gak cocokan
sori aku gak suka politik
sori kalo aku terlalu kaku
sori karena aku idealis
sori kalo aku sering jadi joykiller
sori mungkin aku Abu Bakar bukan Umar






Sedikit penyemangat :

If you are an INFJ, stay wonderful, because the world is already a better place because of you


Sumber :
berbagai sumber lainnya 

Kamis, 26 Maret 2020

Refleksi Diri dari Film

Berhubung ujian UKMPPD  yang normalnya Mei dilaksanakan tapi jadi  DITIADAKAN, mungkin aku akhirnya punya ide untuk nulis atau cuma ngoceh (?) *angkat bahu*

Tapi aku bukan mau ngoceh tentang "gini amat ya jadi anak FK", tapi tentang hal lain. Ini berkaitan dengan film The Platform yang baru beberapa hari lalu aku nonton. Aku bukan mau bahas banyak ke film, tapi makna dibalik film itu dan betapa relatenya dengan Aku (dan keadaan sekarang).

WARNING : MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER

Singkatnya, film ini bercerita tentang suatu penjara (?) dimana penjaranya itu bertingkat vertikal. Dari penjara no 1 - sekian, berapa banyak tingkat juga para penghuni tidak tau, yang mereka tau banyak sekali dan ratusan. Setiap hari diberi makan 1x sehari dimulai dari penjara lantai 1. Makanan itu akan terus turun ke penjara lantai bawah dan bawahnya lagi. Jadi, orang-orang di lantai 2 akan makan sisa makanan dari lantai 1. Orang-orang dari lantai 3 akan makan makanan sisa dari lantai 2 dan seterusnya sampai bawah. Dan jelas aja, semua orang pada rakus, makan tidak sesuai porsinya, bahkan injak-injak makanan, karena apa? karena ada satu peraturan dimana setiap 1 bulan, penghuni penjara akan dirotasi lantai secara random. Kamu bisa di lantai 4 sekarang tapi bulan depan bisa jadi kamu di lantai 201. Maka siapapun yang masih dalam kategori angka-angka lantai kecil akan makan sesuka hati tanpa menghiraukan lantai 100, 150, 200 dan seterusnya. Mau mereka dapat makan sisa kek, makanan kotor kek atau gak dapat makanan sama sekali kek, orang-orang lantai atas gak peduli. Yang penting saat ini mereka beruntung karena bulan berikutnya  mereka bisa jadi di lantai 100 dan gak dapat makan sama sekali.

Kemudian adalah 1 penghuni baru yang namanya Goreng (aku ketawa waktu tau namanya). Dia masih innocent. Dia diajarin sama teman sekamarnya tentang sistem di penjara itu. Awal-awal dia bingung, kenapa orang bisa berperilaku begitu. Hari-hari awal juga bahkan dia gak makan. Dia berusaha untuk bicara dengan orang di lantai bawah dan atas untuk makan seadanya dan jangan berlebihan. Jelas saja mereka tidak mau dengar.  Tapi karena tuntutan lapar akhirnya dia makan dan beradaptasi mumpung dia masih untung berada di lantai 48 saat itu. Tapi dia tetap baik dan makan seadanya.

1 bulan berlalu, waktunya rotasi dan dia bareng teman kamarnya kedapatan di lantai 171! bukan nomor yang bagus. Teman sekamarnya pun mengikat si Goreng,  karena mereka jelas gak akan kebagian makanan dari lantai-lantai atas, maka Goreng harus jadi tumbal. Padahal mereka udah dekat dan bersahabat. Bayangkan!
Kusingkat saja, intinya si Goreng selamat, teman sekamarnya mati, 1 bulan kemudian dia rotasi dan dapat lantai 33 dengan teman sekamar baru.

Teman kamar barunya persis melakukan yang dulu Goreng lakukan, berusaha ngomong dengan orang lantai bawah supaya makannya dibatasi, yap masih idealis dan innocent. Tapi Goreng, dia sudah paham dengan kejamnya penjara itu, dia hanya diam, tidak banyak komentar, tetap makan biasa seadanya tapi tidak lagi sibuk mengurus orang lain. Tidak lagi sibuk mengurus makanan untuk orang-orang di lantai lebih bawah.
(cerita filmnya masih panjang jadi jangan sedih kalo sudah spoiler sampe sini :p)

BALIK KE KEHIDUPAN NYATA !

Mirip bukan dengan kehidupan nyata?  'orang-orang atas' semakin rakus dan rakus. Hanya mikir yang penting makan, yang penting kenyang, gak peduli 'orang-orang bawah' berjuang mati-matian rebutan untuk dapat makan. Tapiii ketika suatu saat 'orang-orang bawah' tadi naik jadi orang besar a.k.a orang atas, mereka lupa dulu pernah susah, malah justru melanjutkan siklus yang sudah ada di masyarakat.

Daaan seberapa banyak orang-orang idealis dan innocent kayak Goreng yang peduli sesama tapi pada akhirnya sadar akan realita dan akhirnya lebih memilih main aman. Urus diri aja sendiri untuk bertahan hidup, ngapain urus orang lain.

Daaaan sayangnya lagi, aku merasa aku adalah Goreng. Bukan sombong atau apa, tapi aku merasa dulu aku sangat innocent, selalu positif, selalu memotivasi, mengajak pada kebaikan, bermimpi besar, pengen bantu banyak orang, pengen bikin dunia lebih baik. Tapi entah sejak kapan, setelah dihapkan dengan realita dunia yang kejam, aku malah jadi si Goreng setelah dia melewati lantai 177. Aku hanya peduli dengan diriku sendiri. "Urus diri sendiri aja susah apalagi urus orang lain" . Aku jadi main aman. Aku bantu orang kalo aku bisa dengan kemampuanku, aku gak jahatin orang. Kalo aku gak bisa bantu yaudah sori. Aku gak lagi begitu peduli sama orang lain. Gak nanya kalo mereka gak nunjukin punya masalah. Gak inisiatif untuk bantu. Gak berusaha untuk mengajak orang lain bareng-bareng ubah sistem, bareng-bareng bantu orang lain. Gak memberi pendapat di suatu forum. Karena apa? toh mereka gak bakal mau dengar kan? Toh siklusnya akan tetap begini.

Aku jadi tidak percaya sama dunia. Malas berharap. Tidak bermimpi tinggi-tinggi. Tidak percaya dengan sistem. Cuma berusaha 'fit in' , beradaptasi walaupun gak sesuai hati nurani. Menjalankan yang aku anggap benar, tidak melakukan kejahatan. Itu. Tapi betapa menyedihkannya sikap seperti itu sebenarnya?

Waktu aku nonton film itu, aku merasa kalo aku di posisi itu pasti aku bakal kayak teman barunya si Goreng yang di lantai 33 yang peduli dengan orang lain dan terus berusaha setiap hari mengingatkan orang di lantai bawah untuk makan seperlunya. Aku pasti akan terus berusaha selamanya. Tapi kemudian aku tersentil "jangan-jangan aku adalah Goreng" setelah baca review dari Forbes :

"Adults, like Goreng, have been living in the system for too long, and have been shaped by its injustices; they can fight for a better future, but have been hopelessly corrupted in the process. " 


Sedih gak sih. Padahal yo aku blm adult-adult banget 😰. Aku mungkin butuh suatu pemantik yang bisa memicu lagi kepedulian itu. entah apa itu. Semoga aku (dan manusia-manusia lainnya seperti Goreng dan aku 😏) berani ambil langkah untuk berusaha membuat dunia lebih baik seperti Goreng pada akhirnya (makanya nonton filmnya biar tau 😛). Seperti apa yang hati nurani kita bisikkan. Semoga kita tetap menjaga niat-niat baik nan mulia masa kecil kita hingga tua nanti.



Aaamiin



NB
1. Lebay banget w anak kampung bahas-bahas "dunia" :p
2. ini 2 link ending explanation film The Platform yang bagus menurut w

Sabtu, 18 Januari 2020

Hold on

Aku jadi sadar penyebab aku sering merasa lonely di era ini adalah karena aku jarang bicara tentang hal-hal mendalam dengan orang lain. Hal-hal emosional. Hal-hal yang berkaitan jiwa. Bukan hal-hal yang sangat permukaan, bukan gosip, bukan.. Aku menyadari aku tidak punya teman untuk itu. Nobody cares, nobody wants to.  
Aku ingin berbicara tentang mimpi-mimpi besar yang sekarang sedang aku cari-cari dimana keberadaannya karena sepertinya aku sudah kehilangannya. Aku ingin bicara tentang transformasi diriku dan orang-orang jaman sekarang, tentang bagaimana masa lalu mempengaruhiku, tentang bagaimana keadaan keluargamu mempengaruhiku, tentang bagaimana lingkungan mempengaruhiku, tentang aku yang seperti kebingungan, hilang arah dan hilang jati diri. 

Rasa-rasanya aku ingin bicara sama stranger yang tiba-tiba bersedia mendengar, ngomong tentang semua-muanya. Karena terkadang lebih baik cerita ke orang yang tidak mengerti sama sekali, yang tidak ada hubungannya sama sekali. Karena mereka tidak akan menghakimi. But I don't have that stranger.

Aku juga jadi pengen ke terapis gitu. ala-ala film Dear Zindagi. Ngomong. Ngomong. Ngomong.

Aku kenapa sih? aku juga gak ngerti

Aku sampai mengimajinasikan ada orang lain entah teman entah stranger tadi lagi ngobrol ke aku. Tapi ya aku sendiri juga yang jadi mereka, aku sendiri yang jawab, aku sendiri yang berusaha menenangkan aku, kalimat-kalimatnya juga dari aku, hanya saja aku menganggapnya itu dari orang lain. Sometimes it works. Itu kenapa aku sering ngomong sendiri. Hahaha. Tapi kayaknya ngomong sendiri ini sudah dari dulu. Cuma sekarang lebih berat pembicaraannya. 

Lemah banget kan? wkwwk


Yang Dipikirkan Sahabat Jomblo Setiap Kita Cerita Kisah Cinta

 Warning: tulisan ini tidak sengaja aku temukan di buku catatanku. Aku juga gak tau ini jaman aku SMA atau Kuliah. Jujur saja aku juga kaget...