Rabu, 29 November 2017

Lakukanlah yang Memang Harus Kamu Lakukan tanpa Melihat Siapa Orangnya

Beberapa hal terjadi belakangan ini. Dan lagi-lagi aku berpikir terlalu jauh. Tapi itu membuatku belajar.

Kelompokku melakukan kegiatan praktikum lapangan di salah 1 puskesmas daerah Boyolali. Sebut saja, kelompokku kurang memuaskan pihak puskesmas dalam banyak hal. Kami juga dikritik banyak. Tentu saja semua anggota kelompok merasa was-was. Bagaimana nasib nilai kita nantinya?
Setelah pertemuan terakhir dengan puskesmas, sudah pada ribut
"udah gak usah galau, palingan nilai kita 7", kata salah 1 teman yang sebenarnya keliatan juga raut khawatir dari ekspresinya.
" Iya ih aku takut", kata teman lainnya.
Teman yang lain pun berkata, "Aku sih bukan takut nilainya, tapi aku gak enak sama Puskesmasnya. Suatu saat kita akan jadi Dokter dan bisa jadi kita bekerjasama dengan Puskesmas ini tapi citra kita udah dinilai negatif."
Aku pun berkata, " Aku juga bukan tentang nilainya. Aku lebih gak enak karena kita gak lakuin yang terbaik untuk puskesmanya."

Teman-teman yang awalnya malas banget dalam praktikum ini, yang telat mulu, yang gak bisa diajak kerjasama, yang cueknya minta ampun padahal di grup line hectic tentang ini itu, hanya jadi silent reader, gak muncul. muncul saat hepi aja. Teman-teman yang benar-benar gak maksimal untuk praktikum lapangan ini, yang menganggap sepele, yang egoisnya sampe kita telat hanya gara2 nungguin dia, yang udah diingetin ini itu tapi pesannya cuma di read. Agggh. Mereka masih bisa khawatir dengan nilai mereka? Bukannya mereka seharusnya sudah siap untuk dapat nilai jelek? Apa mereka gak sadar persiapan kita sama sekali gak maksimal? Apa mereka gak sadar kalo kita sama sekali cuek dan tidak ada inisiatif ke praktikum ini? Kita juga udah beberapa kali mengecewakan. Apa yang mau diharap? Kok masih bisa takut nilai jelek tanpa sadar apa yang diperbuat. Kok minta hak lebih tapi kewajiban tidak dijalankan sepenuhnya.

Selalu berpikir ke nilai, nilai, nilai, nilai, nilai. Emang nilai segalanya? Aku tau nilai penting. Aku juga tau aku gak muna' aku khawatir juga dengan nilaiku. Tapi itu bukan yang utama. Aku lebih merasa gak enak telah mengecewakan. Aku sudah belajar, bahwa nilai bukanlah yang utama. Yang utama adalah sudah mencoba melakukan yang terbaik, setelah itu? pasrah saja. Karena pada kenyataan, kadang usaha berlebih kamu tidak sesuai dengan apa yang kamu dapatkan bahkan dibanding orang yang usahanya kecil. Banyak faktor yang mempengaruhi. Lalu kalo yang sudah berusaha lebih saja masih belum tentu dapat yang terbaik, apalagi yang gak berusaha?

Ditambah lagi, memikirkan pendapat orang lain. Setelah nilai, teman yang lain bahkan berpikir karena suatu saat akan bekerja dgn pihak bersangkutan. Oke itu gak salah. Tapi apa berarti kalo suatu saat kita tidak akan bekerjasama dengan orang yang bersangkutan, kita tidak akan merasa bersalah karena telah mengecewakan? Seakan-akan semuanya itu harus ada something in return. Tidak bisakah kita berbuat baik karena memang itulah yang harus kita lakukan, karena memang itu kewajiban kita, karena memang itu perintah Tuhan? Bukan karena nilai, bukan karena akan mendapatkan keuntungan di masa depan....

Kejadian lain. Ada sebuah teman cowok yang berdiri dibelakang mobil kemudian mobil tersebut mundur dan tidak menyangka ada sebuah motor dibelakangnya. jatuhlah si teman ini. Pacar si cowok yang melihat kejadian tersebut sontak marah ke Mbak-mbak yang ngendarain mobil. Mbak yang notabenenya kating kita dan cukup terkenal langsung meminta maaf. tapi si pacar masih saja dengan galaknya marah2 dengan si Mbak kating. Kemudian kami yang melihat kejadian itu pun mulai membicarakannya. Seorang teman berkata "ih galak banget sih Mawar (sebut saja begitu wkwkwk kayak dicerita2). Sadis banget yo dia marah-marah sebegitunya padahal Mbaknya udah minta maaf."

" Kalo kamu di posisi itu gimana?", kataku
"Ya mungkin aku juga marah sih. Hehe tapi gak sampe sebegitunya. Kamu?"
"Aku gak tau sih. Mungkin aku juga marah. tapi gak sampe sebegitunya soalnya aku kan sabar gimana gitu wkwk. Tapi gak tau sih. Seandainya aku yang ditabrak pasti aku cuma pasrah tapi terkadang orang-orang yg menyayangi kita itu bisa marah banget. Kayak umiku misalnya."
" Iyaaa bener. Tapi ya Mal, itu kating lho. Mbaknya udah minta maaf. Ya aku kalo kejadian gitu diluar sama orang yang aku gak kenal aku mungkin marah bgt. Tapi ini kating kita lho. Kita kan siapa tau butuh sama dia."
" Berarti kamu klo sm orang gak dikenal bakal marah bgt?"
"iya"

Kenapa? I mean, bersikaplah yang seharusnya. Kalo kamu mau marah, ya marah. Kenapa harus liat orangnya. Mentang-mentang Mbaknya terkenal, punya posisi jadi harus hati2. Kalo orang diluar sana, yang gak ada hubungannya dengan kehidupanmu kamu bisa marah sepuasnya karena toh kamu gak butuh dia. Bahkan mungkin seandainya itu kating kita, tapi gak terkenal dan gak punya jabatan, kita boleh marah sepuasnya.

Kejadian ketiga. Seorang teman cerita bahwa teman dekat cowoknya sepertinya mengarah ke gay. Dia bertanya bagaimana seharusnya dia bertindak. Teman-teman menyarankan dibawa santai aja, dibawa bercanda aja, atau bilang 'kamu mau ikut jalan yang mana itu hakmu'. Si teman ini takut klo dia jelasin bahwa itu salah, menentang agama, dia terlihat benar-benar menentang pilihan hidupnya, kemudian dia gak diajak main dan ngerumpi lagi.
Menurutku, kalo itu bener-bener teman dekatnya, d-e-k-a-t, dia mungkin memang harus menjelaskan apa yang benar, bagaimana seharusnya. Tentu saja dengan cara tidak menghakimi. Tentu saja dengan bilang, "aku teman dekat kamu. aku peduli. Makanya aku ngomong gini. Aku mau yg terbaik buat kamu." Karena menurutku begitulah teman seharusnya. Meluruskan yang salah. Bukan membiarkan temannya dalam kesalahan. Kalo katanya puisi2 di internet bukan membungkus pukulan dengan ciuman. Bukan selalu meng-iya-kan, membenarkan yang salah karena dia teman kita dan karena kita menerima dia apa adanya. Palsu. Buat apa menerima apa adanya kalo bisa dirubah menjadi lebih baik. Kalimat menerima adanya itu gak selalu pas di semua kondisi. Setidaknya kita mengingatkan seperti perintah agama, apalagiii dia itu teman dekat kita. Masa kita gak peduli sama dia, masa kita gak sedih dia jadi kayak gitu. Oke semua orang punya pilihan, punya hak tapi cobalah berusaha dulu. Setelah berusaha dan hasilnya apapun ya pasrah. Entah mungkin dia bakalan benci dan jauhin kita.

Kenapa harus takut dia menjauhi kita gak main sama kita lagi karena kita memberi tau mereka hal yang benar? Oke sakit memang, sedih memang. Tapi memberitau kebenaran adalah wajib. orang yang tidak merugi adalah orang yang saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran. "rugilah, kita jadi kehilangan teman". Kelihatannya seperti itu. Itu kan yang keliatan saja. Yang terlihat bukanlah hal-hal abadi, bukanlah hal-hal utama. Mungkin saja Allah menyediakan teman yang lebih baik pada kita..

Maksudku, lakukanlah apa yang memang seharusnya kamu lakukan. Berbuat baiklah karena memang itu tugasmu bukan karena melihat orang  yang akan dibaiki itu siapa. Marahlah kalo kamu memang seharusnya marah tanpa harus menahan amarah karena orangnya siapa...

Aku tau, aku pun masih belajar dan malah belajar dari hal ini....
Ini hanya pemikiran  jauhku...
Hanya masa pencarian mana yang benar dan salah

Datang untuk Sekedar Berkunjung

Ya memang yaa kalo dibaca-baca kebanyakan postinganku disini isinya nyinyir, bete, ngeluh dan sejenisnya. Ternyata emang kalo lagi emosi negatif itu lebih kuat mendorong untuk nulis. Sama kayak kata Taylor Swift kalo lagi sedih dan putus cinta itu lebih gampang ide muncul untuk nulis lagu gak kayak kalo lagi kasmaran justru kita malah terlena. Wkwkwk. Itu juga kenapa manusia kalo lagi marah pasti langsung keluar deh kata-kata, teriakan dan lain-lain gak kayak kalo lagi kagum atau bangga atau mungkin cinta pasti gak langsung blak-blakan diungkapkan.

Tapi kalo di buku diary beneran sih aku gak jarang nulis tentang bahagia juga.

Aku sebenarnya gak ada hal yang ingin di tulis. Hanya datang berkunjung. Mungkin rindu menulis. Mungkin rindu akan suatu kondisi atau keadaan tertentu yang gak bisa aku jelaskan. Kadang aku merindukan sesuatu yang gak ada atau gak pernah aku alami. Kalian pernah juga? Aneh ya.

Diri ini kadang susah sekali dimengerti. Padahal diri sendiri lho. Apalagi orang lain. Apalagi kalo pake kode. Jadi sebaiknya kalian dengan orang-orang yang sudah kalian percaya dan dekat tidak usah lah berkode-kode, bilang saja biar orang lain juga gak bingung. Emang mereka dukun yang bisa baca isi hati kamu? Tapi walaupun aku ngomong gini, aku tetap sering sih pake kode. Merasa tidak enak, pekewuh atau tidak sopan kalo tidak pake kode dalam kondisi tertentu. Kadang aku malah pendam aja. Sering sekali aku pendam. tapi orang emang kebanyakan gak ngertinya ya haha.

Mungkin itu juga kadang yang sering buat sikapku (sikap yang tidak terlihat ya) berubah-ubah. Aku kadang ngomong sama diri sendiri untuk tidak berharap kalo aku kecewa, tapi di lain waktu aku tetap berharapan positif. Kadang aku berniat untuk menarik diri dan berusaha mandiri saja ketika orang-orang tidak mengerti aku, tapi di lain waktu aku jadi dekat lagi dan malah tergantung. Sering aku memutuskan untuk berhenti peduli tapi sering juga di waktu lain aku tetap saja peduli dan malah bikin kecewa.

Ah dasar. Sepertinya dilema anak usia kepala 20 memang hal-hal yang kayak gini ya. Tentang apakah aku harus begini atau begitu? Yang baik sebenarnya yang begini atau begitu? Aku harus bagaimana?


Yah sudahlah. Dinikmati saja. Semoga saja blog ini tidak melulu isi nyinyiran tapi bisa juga hal-hal lebih bahagia dan positif. Seperti Taylor Swift yang akhirnya bisa menulis lagu ketika beneran sedang jatuh cinta, aku juga yakin aku akan nulis banyak hal ketika aku sedang bahagia-bahagianya.

Senin, 06 November 2017

Sesuatu yang Bukan Materi

Seharusnya aku gak sedang nulis sekarang. Seharusnya aku segera merevisi skripsiku yang yaaah semoga saja bisa segera selesai. Kawan, skripsi memang salah satu hal yang rasanya malesin amatz.

Karena bosan di skripsi aku berniat untuk menghibur diri sebentar dengan kumpulan video di laptop. Eh di folder video ada 1 file yang bentuknya bukan video tapi rekaman. Aku tau itu suara nyanyiku waktu kecil yang direkam di HP Siemens norak jaman dulu. Disitu aku nyanyi lagu bahasa arabnya anggota-anggota tubuh. Lucu sekali. Imut. Berapa kalipun diulang akan tetap imut. Bahkan aku sampai sekarang pun orangnya masih imut dan suaraku juga masih menggemaskan. setiap kali aku dengar ulang rekaman kuliah yang kadang terselip suara obrolanku dgn teman, aku sadar aku masih sama imutnya kayak dulu. wkwkwk Geer tingkat dewa. Jujur saja sebenarnya tp aku berharap suaraku berubah tidak cempreng dan kekanak2an, tp apa mau dikata aku sudah lewat masa puber dan suara masih ttp sama saja.

Pas disebelah audio itu ada video yang sangat aku ingat. Aku tergelitik untuk membukanya walaupun sudah lama sekali tidak aku buka karena kecewa mungkin bisa dibilang kecewa dgn orang2 di videonya.

Yap, itu video ultah salah satu teman lama. Video hadiah persembahan ultah buat dia. Aku masih ingat sekali aku yang susah payah buat video itu. Aku yg amatir sekali dalam pembuatan video, berusaha belajar walaupun cuma pake Movie Maker. Udah gitu, berkali-kali error padahal sudah capek2 buatnya tapi pas di proses jadi video berkali-kali gagal.

Isi videonya simpel. Foto-foto diri sendiri si yang ultah diiiringi lagu One direction- Live While We're Young sbg backsound. Dilanjutkan video potongan2 kita (teman-temannya, ada 6 orang) mengucapkan selamat ultah sekaligus doa, pesan, kesan. Backsoundnya lagu Sheila on 7-Arti sahabat dan project pop yang liriknya pokoknya "ingatlah hari ini". Dilanjutkan lagi foto2 kita (6 orang td) sendiri-sendiri terus yang bareng dengan si yang ultah. Lagu pengiringnya adalah lagu sadisnya Adele- Hiding My Heart tapi yang versi dinyanyiin oleh Iin X-Factor. Jujur saja yg dinyanyiin Iin bisa lebih terasa emosinya. DIlanjutkan dengan beberapa kata mutiara dan kata-kata sayang dari kita dengan bentuk tulisan.

Simpel. Tapi menurutku luar biasa. Sweet sekali. Aku bahkan sekarang pun masih tersenyum-senyum nontonnya. Emang biasa sih, namanya juga amatir. Tapi kalo aku jadi yg ultah dan dikasih hadiah seperti itu aku senangnya bukan main. Itu dikerjakan dengan jerih payah lho. Pengumpulan fotonya, sortir mana yg bagus, pengambilan video (ini bukan aku sih yg lakuin, tp teman yg lain), buat videonya yg susah. Dia (si ultah) juga tau kalo kita bukan ahli pembuatan video. Seharusnya hadiah itu membuat lebih berarti lagi.

Itu suatu hadiah yg bukan bentuk materi. Bukan barang mahal, hanya bermodalkan CD-RW. Bukan kue ultah, bukan baju, bukan cincin, bukan benda-benda. Itu sesuatu yang dibuat dengan mikir, dengan kreativitas dan dengan tenaga, bukan tinggal beli aja. Aku ingat sekali bagaimana seriusnya aku buat itu sampe umiku jarang main komputer karena komputernya aku pake. Aku pernah sebegitunya lho demi kasih orang hadiah.

Tapi mungkin bagi banyak orang, hadiahseperti itu kurang disukai. Kalo aku dibuatin video kenangan, video ucapan kayak gitu, dibuatin puisi or sejenisnya aku bakal hepi bats. karena justru itu yg so sweet. Sesuatu yg bukan bentuk material lebih so sweet menurutku. Yah aku mmg tipe orang tradisional. Ha Ha.

Semoga lah entah kapan dan siapa aku bisa dapat hal seperti itu.

Yang Dipikirkan Sahabat Jomblo Setiap Kita Cerita Kisah Cinta

 Warning: tulisan ini tidak sengaja aku temukan di buku catatanku. Aku juga gak tau ini jaman aku SMA atau Kuliah. Jujur saja aku juga kaget...