Aku dulu bukan orang yang gampang menangis. Tapi itu dulu.
Sekarang, entahlah. Aku cukup sering menangis. Aku pun heran dengan diriku
sendiri. Yang aku tau, saat aku sedih, menangis seperti satu-satunya teman yang
mengerti aku. Aneh,kan? hahaha. Tapi orang yang terbiasa menangis, pasti
mengerti.
Menurut teoriku, semakin bertambah umur seseorang, maka semakin
sensitif ia. Entah itu sensitif dalam hal emosi, gampang nangis, gampang marah,
gampang tersinggung, dll. Masalahnya, kaum dewasa yang beranjak umurnya kemudia
mengalami peningkatan sensitivitas, dialami juga oleh remaja yang tumbuh
dewasa. Sehingga kedua belah pihak sangat susah tersentuh. Itu memang hanya
teoriku. Tapi sesungguhnya hal itu susah dielakkan. Aku dulu berpikir bahwa
teori itu tidak terjadi pada diriku, tapi entah bagaimana, aku pun
mengalaminya. Seseorang berkata kepadaku bahwa ia merindukan diriku yang kecil
dulu. Seandainya bisa, akulah orang yang paling ingin kembali ke diriku waktu
masa kecil dulu. Dimana masih polosnya aku, masih bersihnya aku, masih
memandang dunia begitu menyenangkan, mengasyikkan tanpa ada prasangka negatif.
Tapi 'seandainya' itu tidak ada. Bagaimanapun aku sudah besar sekarang. Aku
sudah bukan diriku yang kecil dulu. Sudah begitu banyak hal-hal yang menjejali
otakku, entah itu negatif atau positif yang membuatku berubah. Oh iya, bicara
soal berubah, terkadang kita menganggap seseorang berubah, tapi kita mungki
lupa, bahwa kitalah yang sebenarnya berubah yang menyebabkan perubahan orang
lain.
Kembali ke topik menangis. Aku dulu heran, mengapa orang bisa
begitu mudahnya menangis untuk hal-hal tidak penting, hal-hal kecil atau
hal-hal yang tidak perlu ditangisi. Kenapa orang-orang itu begitu lembek dan
lemah? Tak kusangka, mungkin sekarang aku adalah bagian dari mereka. Aku
menangis untuk hal-hal kecil dan hal-hal yang tak perlu aku tangisi. Aku bisa
menangis hanya gara-gara melihat ibu yang berjualan jagung hingga larut malam.
Aku bisa menangis hanya gara-gara dibentak!! Aku yang bahkan hampir tidak
pernah nangis di depan orang lain, hampir menumpahkan air mataku di depan orang
lain, seandainya saja aku tidak bisa menahan sedikit lebih lama. Kata
orang-orang , semakin lemah seseorang semakin mudah ia menangis. Apa itu
artinya aku lemah? Apa kini aku menjadi wanita yang lemah? Melemahkah
aku? Atau memang sensitivitasku bertambah seiring bertambahnya usiaku sesuai
teroriku itu? Aku tidak tau. Dan aku tidak mengerti kenapa aku bisa seperti
ini.