Rabu, 07 November 2018

Era Hoax, Era Ham, Era Julid

Aku yang anak kelahiran 90an aja ngerasa banget perbedaan hidup jaman dulu dan sekarang. Cepat sekali masa berubah. Teknologi makin canggih, budaya dan kebiasaan juga berubah.

Aku yg orangnya old fashioned agak risih ya dengan perubahan sekarang. Banyak banget yang berubah dari hal yang kita gak notice karena dianggap sepele karena udah umum sampe yang hal-hal yang vital.

HP dengan segala kecanggihannya banyak sudah merubah orang-orang. Keluarga yang dulunya dekat dan waktu dihabiskan bersama, sekarang masing-masing sibuk nonton hp nya. Dulu, 1 tv di ruang tengah walaupun gak terlalu suka acaranya ya ikut aja nonton karena demi kumpul bareng, sekarang karena ada kesenangan lain (baca : HP) mana ada yang tersisa di ruang tengah untuk nonton TV.

Dulu kalo makan bareng teman-teman ya pasti saling ngobrol sambil nunggu pesanan datang. Sekarang, semua main hp masing2. Sampe pernah jengkel banget gara-gara ada seorang teman yang aku ajak ngobrol pas makan bareng, eh dia gak dengar dan gak ngeh aku ajak ngobrol saking serius dengan hpnya. Kadang, kalo makan bareng rame-rame gitu, aku sendiri yang gak pegang hp, aku liatin semua temanku pegang hp masing-masing, aku bete, aku akhirnya ikutan pegang hp walaupun gak ada yang dibuka-buka juga.

Dulu waktu awal-awal punya aplikasi chat line, bete banget kalo orang yang aku chat gak balas chat alasan karena sibuk atau tenggelam atau mungkin aja karena dianggap gak terlalu penting. Sejak ada aplikasi chat gini rasanya semua orang bisa hubungi kita termasuk yang gak penting (baca: chat grup yang rame bgt) akhirnya sampe yang bisa jadi penting malah tenggelam. Tapi lama-lama karena kebiasaan digituin kali ya, aku jg mulai mengabaikan chat orang yang aku anggap gak penting, balasnya nanti-nanti, balas yang lain dulu, bukan membalas berdasarkan siapa yang ngechat dulu. Jadi dianggap biasa kan? padahal dulu itu gak biasa.

Dulu juga kalo ngechat di grup gak dibalas aku marah dan merasa orang-orang gak sopan apalagi kalo langsung ada yg ngechat dengan topik lain tanpa membalas punyaku dulu. Lama-lama aku terbiasa digituin dan jadi gituin orang lain. Dianggap biasa jg kan? padahal dulu aku anggap itu gak sopan.

Tanpa sadar adat atau kebiasaan baik yang kita punya itu mulai terkikis. Pelan-pelan sekali. Seringnya kita gak sadar.

itu hal sepele sih. Belum lagi hal lainnya.

Rasanya orang-orang sekarang juga makin individual. Sedikit-sedikit "itu urusan pribadi mereka", "itu hak mereka". Padahal dulu gak gitu banget deh. Misalnya kalo ada laki sama cewek belum nikah masuk kamar sampe nginap, ya didiamin aja juga. Urusan mereka.
Ada tetangga yang suka aniaya anaknya, kita juga diam aja. Urusan mereka.
Duh banyak deh contohnya.

Bukankah dulu jaman sekolah di Mapel Sosiologi selalu disebut-sebut suatu bentuk hukuman yang dari masyarakat sendiri berupa  pengucilan sejenisnya. Dulu orang-orang yang melanggar norma ya akan digunjinggkan atau dikucilkan. Iya emang sih menggunjing gak baik, dikucilkan juga tega amat. Tapi jika sudah dinasihati dan masih saja melanggar, pengucilan itu penting. Supaya jera. Supaya orang lain gak niru sikap yang salah tersebut. Kalo apa-apa serba "biarin", "urusan mereka" ya nanti semua orang juga bakal menyimpang karena gak merasa salah dan gak merasa dapat hukuman apa-apa.

Lagipula, bukannya tugas kita untuk mengingatkan?

Mengingatkan, diarahkan, diluruskan, dikembalikan ke yang seharusnya bukan malah "urusan mereka", "urusan mereka" terus.

Yang ada malah orang-orang seringnya menggunjingkan hal-hal yang jauh dan gak terlalu penting. Yang diurusin malah artis-artis yang cuma dilihat di akun medsos. Yang dijulidin malah misal tentang kejelekan artis karena gak pake makeup, pacarnya si artis yang gak terlalu ganteng/cantik,  julid hanya karena typo.

Apalagi ya sekarang Ya Alloh orang-orang pada gampangnya ngomong "tolol", "goblok", "idiot" atau nyebut-nyebut nama binatang ke orang lain hanya karena komenan polos orang lain. Yang memang gak ngerti dibilang tolol, yang berpendapat juga langsung di sebut 'an****g'. Kenapa gak jelasin baik-baik aja. Kenapa harus senyolot itu. Kenapa jaman sekarang sering sekali orang-orang ngomong sadis begitu dengan gampang dan santainya. Dan lagi, begituan udah dianggap biasa. See, semakin banyak yang dianggap lumrah.

Aku jadi mikir, katanya kalo orang sensitif itu artinya dia kurang jauh mainnya, kurang banyak temannya. Bisa jadi. Aku akui itu benar. Tapi gak selamanya benar juga. Bisa jadi kebanyakan orang sudah menganggap "biasa" tentang hal-hal yang dianggap "sensitif" oleh orang yang yg kurang jauh mainnya itu.

Udah gitu yang nyolot-nyolot itu juga belum tentu bener. Semua mau menangnya sendiri. Semuanya berteori begini begitu padahal belum tentu bener. Sampe aku juga bingung mana yang benar di dunia ini jaman sekarang. Sulit sekali mempercayai media terutama. Media sekarang rasanya terlalu gampang memvonis, tidak melihat dari 2 sisi, tidak mencari fakta tapi mencari popularitas.Sudah gitu hoax dimana-mana. Media berita terkenalpun bisa hoax. Kebenaran rasanya blur sekali saat ini. 

Banyak informasi-informasi yang ditambah-tambahi, dibumbui, dimanipulasi, menggiring publik ke suatu kesimpulan tertentu. I dont know. Jujur aku bingung. Mana lagi jaman sekarang rentan banget Sara. Apa-apa dikaitin agama padahal aslinya gak ada hubungannya dengan agama. agama dibawa-bawa jadi bahan lucuan padahal jatuhnya juga gak lucu. lalu orang-orang jadi berpihak sana sini, berteori begini dan begitu. Padahal komen-komen atau debat-debat masalah agama itu harus hati-hati banget lho. Rentan sekali. Satu debatan atau teori yang kita ungkapkan dan misalnya ternyata itu salah di Mata Alloh, berdosalah kita apalagi postingan/cuitan kita itu dilihat oleh followers kita, diretweet juga oleh mereka, berlipat-lipatlah dosa kita. Alangkah baiknya sebarkan kebaikan saja, hal-hal yang meragukan dan belum pasti kebenarannya kita tinggalkan saja.

Apalagi sekarang banyak banget Muslim yang ikut berbagi/ngelike/retweet hal-hal negatif tentang Islam. Anggaplah misalnya pihak muslim memang salah, ya tapi gak usahlah ikut menggembar-gemborkan pake caption "really?" atau semacamnya. Toh selalu ada 2 sisi dari setiap cerita. Toh seperti yang aku bilang tadi, bisa jadi media yang mengadu domba. Toh kadang kesalahan/kenegatifan itu bukan berkaitan dengan agama, semua orang dengan agama berbeda bisa berada dalam posisi itu. I mean, janganlah kita yang muslim malah menambah-nambah citra jelek agama kita. Jangan sampe orang agama lain melihat bahwa orang muslim sendiri tidak percaya dan tidak suka dengan agamanya sendiri.

Seperti yang diajarkan Nabi, jika riskan sebaiknya diam. Jika mendapat info/berita, harus cek dan recek. Jika ingin mengkritik, lakukanlah perorangan jangan didepan publik.

Wallohualam Bis Showab.
Semoga diri ini dilindungi Alloh dan selalu berada di jalan yang benar.

Yang Dipikirkan Sahabat Jomblo Setiap Kita Cerita Kisah Cinta

 Warning: tulisan ini tidak sengaja aku temukan di buku catatanku. Aku juga gak tau ini jaman aku SMA atau Kuliah. Jujur saja aku juga kaget...