Kamis, 29 April 2021

Surat Cinta untuk Migrain

Hey migrain, kamu datang lagi
Walaupun aku tidak pernah rindu akan kedatanganmu
Aku bertanya-tanya, apa lagi kesalahanku hari ini hingga membuatmu hadir menemuiku?
Apa aku tidur terlalu banyak? atau justru terlalu sedikit?
Apa karena cuaca hari ini terlalu panas? 
Apa karena ciput jilbabku terlalu sempit?
Apa karena masker KN95-ku terlalu kencang?
Atau karena aku tidak minum Good Day hari ini?
Atau mungkin memang ada hal yang membuatku stres tanpa aku sadari?
Sudah sering kamu datang, 
tapi aku masih saja tidak tau alasan pasti kedatanganmu


Hey Migrain, kamu datang lagi
Kamu datang sesuka hati
Selang beberapa hari, selang seminggu, selang sebulan. Tidak ada yang tau
Dan setelah bertahun-tahun aku mengenalmu, 
aku masih saja tidak bisa memprediksi kapan kamu akan datang


Hey Migrain, kamu datang lagi hari ini
Padahal sudah ku bilang aku tidak suka surprise darimu
Terlebih lagi, kamu terlalu sering datang akhir-akhir ini
Apa kamu rindu denganku?
Padahal sudah ku bilang aku tidak rindu padamu. Sama sekali

Tidakkah kamu tau ini bulan puasa Oh Migrain? 
Kedatanganmu semakin menyiksaku karena aku tidak bisa segera menegak Paramex tercintaku
Tak bisakah kamu toleransi sedikit?
Tolong jangan sering-sering datang


Hey Migrain, terkadang kamu layaknya kekasih
Ketika kekasihku datang, 
aku tinggalkan semua pekerjaan demi menghabiskan waktu bersama,
hanya fokus dengan dirinya
Tapi denganmu,
aku tingalkan semua pekerjaan karena sakit yang kamu timbulkan.
Semua fokus, waktu dan perhatianku tertuju padamu. 
Makanan enak pun jadi tidak enak karenamu. Padahal kamu tau kan aku hobi makan?
Ketika kekasihku datang, kadang timbul air mata haru
Ketika kamu datang, kadang timbul air mata ketersiksaan


Oh Migrain,
Sudah ku tuliskan surat tulus ini untukmu 
Jadi..
Bisakah kamu untuk tidak datang lagi di hidupku?


Yang tersiksa karenamu


Lia



Rabu, 14 April 2021

Far Away

 Sudah 6 tahunan lebih aku jadi anak yang sering gak dirumah karena : Merantau. Dan selama 6 tahun itu pula, setiap aku harus balik ke perantauan atau aku ditinggalkan sendiri karena Umi/keluarga harus balik, selalu ada rasa aneh yang gak nyaman di dada. Selalu. Dan tidak pernah berkurang seiring berjalannya waktu. Seperti ada sebongkah lubang di hati. Kosong. Kehampaan. 

Apalagi jika orang yang menjenguk itu memberi kesan luar biasa dan kemudian harus pergi. Pernah, Umiku balik ke Sumbawa dan saat aku balik ke kos ternyata kamarku sudah bersih, mejaku dirapiin, kamar mandi sudah kinclong, dan kancing bajuku yang copot-copot sudah dijahit. Bagaimana aku menghadapi hal seperti itu? saat itu aku cuma bisa nangis. Like a baby.

Aku juga bukan tipe orang yang kemudian bisa pergi keluar cari kesenangan atau kumpul-kumpul. Dan memang itu membuat suasana tambah parah.

Kalau yang harus balik aku, 2 hari sebelum balik aku sudah gelisah, apa-apa gak nyaman, seperti selalu ada yang aku fikir dan bikin jadi gak fokus. Momen-momen diantar ke travel, salaman tangan, ucapan hati-hati, lambaian tangan itu sangat tidak nyaman. Kemudian sendiri di atas travel, bersama orang-orang asing, menatap keluar jendela, melihat pohon-pohon, sawah-sawah itu juga pengalaman yang sangat menyayat hati. Belum lagi membayangkan perjuangan di tempat rantau, harus ber-struggle-ria, makanan seadanya, gak ada tempat cerita..

setiap balik ke kos hanya ada kamu sendiri. Kamu gak punya orang untuk diceritain hal-hal sederhana yang kamu lewati seperti kamu bertemu anak yang sangat imut atau jarimu terluka karena selebor saat buka ampul atau orang rese di jalan yang mau belok tapi gak nyalain lampu sen, dan atau atau lainnya. You just keep it to yourself..

atau karena seringnya kamu jauh dari rumah, kamu banyak melewati hal-hal sederhana ataupun penting yang normalnya kamu ada disana. Kamu gak tau kalau wifi rumah ganti, kamu gak tau kalo beberapa bagian di rumah di renov, kamu gak ada ketika anggota keluarga sakit, kamu dokter tapi orangtuamu berobat ke orang lain karena kamu gak ada disana, kamu gak ada saat proses lamaran abangmu. Kamu gak ada saat dibutuhkan.

Sampai kapan akan begini?

Sampai kapan aku akan terbiasa?

Yang Dipikirkan Sahabat Jomblo Setiap Kita Cerita Kisah Cinta

 Warning: tulisan ini tidak sengaja aku temukan di buku catatanku. Aku juga gak tau ini jaman aku SMA atau Kuliah. Jujur saja aku juga kaget...