Sabtu, 01 Juni 2019

1 tahun Koas!

Pas Mei tahun lalu aku resmi jadi Koas, bagian persekolahan kedokteran yang katanya Wow banget dalam banyak segi. Setelah 1 tahun, "katanya" itu benar sekali. Satu tahun yang lalu masuk koas awal-awal Ramadhan, sekarang pun Ramadhan. Dulu pas itu dapatnya Blok Besar Interna, sekarang juga dapat Blok Besar Obsgyn. Waktu itu pas puasa-puasa LK (Luar Kota), sekarang di Obsgyn juga begitu, walaupun lebih ringan di Obsgyn sih.

Banyak sekali pengalaman, cerita, ilmu (sedikit sih kalo ini), kejadian-kejadian yang memorable selama Koas. Masa-masa koas ini adalah masa memperjuangkan mimpi tapi terhalang realita sekaligus masa-masa menjadi dewasa yang masalah-masalahnya hemmmz banget, pake z lho bangetz. Jadi gitu deh drama.

Ada banyak hal juga yang berubah dari diriku sendiri dan orang-orang. Dulu misal si X orangnya biasa aja eeeh masuk koas jadi terkenal pato. Dulu si Y jarang banget masuk kuliah setelah jadi koas eeh jadi rajin dan teladan. Tapi ada juga yang awalnya Invisible eeeh setelah jadi koas tetap invisible contohnya aku. Eits maksudnya bukan invisible karena ilang-ilangan hlooh ya.

Dulu waktu awal saat interaksi dengan Koas Senior (selanjutnya disebut Sen) yang udah duluan koas, pas mereka ngeluh ini itu ketika disuruh, gak mau disuruh KUVS, aku langsung mikir "wah ini pasti Koas Pato". Aku dulu bersedia disuruh apa aja karena memang aku disini belajar, karena aku anak baru, karena merasa bersyukur aku bisa sekolah dan dapat kesempatan ini yang gak mungkin di dapatkan orang lain. Masa disuruh gitu aja gak mau, pikirku. Sayangnya, aku pun mulai seperti itu sekarang. Aku ngeluh disuruh ini itu (dulu sebenarnya ngeluh juga sih, tapi gak kayak sekarang), aku malas banget KUVS walaupun tetap aku lakuin, aku mempertanyakan (dalam hati) alasan disuruh ini, kenapa sih harus KUVS per berapa jam, DJJ per berapa jam, kenapa pasien yang seperti ini juga harus diitung BC dan lain-lain. Aku seperti merasa harga diriku terlalu tinggi dibanding sebelumnya. Kalo perawat atau bidan yang suruh, bawaannya itu "kok nyuruh-nyuruh kita sih, residennya aja gak". 

Aku sedih sih dan sering sekali dalam solatku (atau kesendirianku :p) aku mempertanyakan "apakah harga diriku sudah tinggi sekarang? apakah aku sama saja dengan orang-orang yang dulu aku anggap pato? apa sekarang aku sudah malas? apa aku jadi koas yang kurang bersyukur padahal dulu bersedia disuruh apa aja sebagai bentuk syukur bisa sekolah kedokteran?". Aku gak tau aku begini apa karena sudah bosan, apa karena merasa disuruh-suruh aja tapi tidak diberikan ilmu dan alasan kenapa kita disuruh x, y, z. Atau karena pengaruh teman-teman yang memang kuat banget. Jujur saja banyak teman yang seperti itu dan males disuruh Bu Bidan/Perawat karena merasa diri lebih tinggi. Atau aku memang sudah males aja? 

Kebelakang aku memang merasa semakin malas. Belajar males atau seadanya. Stase gelinding aja, gak ngerti-ngerti banget yang penting lulus. Aku dulu mikir "ah gak ah, sampai terakhirpun aku akan/harus tetap curious dan semangat", tapi rasanya susaaah banget. 

Hal itu mungkin juga karena hal kedua yang sering aku pikirkan dalam kesendirianku (lagi), "kok kayak bukan sekolah kedokteran ya". Iya emang, sekolahnya emang kedokteran, kerjanya di rumah sakit, tapi kok kerjanya disuruh-suruh mulu, pintarnya gak. Ekspektasiku ke Koas itu tinggi sekali, eh pas masuk rasanya dijatuhkan sejatuh-jatuhnya. Aku pikir ilmu preklinik bisa diterapkan prakteknya disini. Bener sih, tapi gak maksimal. Entah sistemnya apa gimana. Ya kita juga terbatas, karena koas kerjanya KUVS doang atau hal-hal yang seharusnya kita bisa semua dipegang Residen dan residen sendiri berebutan untuk bisa skill ttt apalagi koas. Residen juga sering minta kita ngelakuin ini itu tanpa perlu menjelaskan kenapa harus begitu/begini. Residen gak merasa perlu menjelaskan "pasien yang datang tadi itu gini lho. nah ciri-cirinya tadi kan ini itu. jadi dikasih ini itu". Kadang kita hanya menemani duduk di ruangan/igd/manapun, bantu nulis, bantu melengkapi berkas, bantu ngetik, sudah. Gak semua Residen sih. Yang mau ngejelasin juga banyak. Dan kadang hal ini pun berlaku di Staff juga.

Koas juga dituntut untuk tau ini itu tapi tidak diarahkan kesana dan kesini supaya bisa ini itu tadi. Kadang Kehidupan di koas juga kita dinilai dari akhirnya saja, saat ujian, saat berhadapan dan sejenisnya. Tidak melihat proses kita sehari-hari. Tidak melihat mana yang datang selalu telat, yang kadang masuk kadang gak, yang biasa nujum atau lainnya. Ya emang susah sih menilai proses diantara koas dan res yang begitu banyak. Bahkan kadang kita dinilai dari penampilan!

Itu yang bikin ekspektasiku jatuh. Di saat serius pengen tau banyak, tapi kayak diredam seakan-akan "ah yang penting kamu tau yang standar2 aja", "ah yang penting lulus", "ah yang penting tugas-tugas beres". Aku pun jadi berpikir "ah gak usah serius-serius toh nanti yang keluar standar aja", "ah gak usah dalem-dalem toh nanti ujiannya IR", "ah gelinding wae toh nanti yang keren yang hasilnya lebih bagus". Padahal kan bukan nilai target akhir, tapi lebih jauh dari sekedar itu. 

Dalem banget ya? hahaha

Hal ketiga yang sering aku pikirkan adalah Drama banget ya Koas itu. Kalau kata temanku bilang, "Kita sering lupa film-film dan sinetron itu lah yang sebenarnya menyontoh kehidupan nyata". Dramanya koas macam-macam bentuk. Mulai diantara koas itu sendiri, koas dengan residen, koas dengan perawat, koas dengan staff, koas dengan presiden (?), dan lain-lain. Aku sih sebagai koas cari aman, cuma beberapa kali bermasalah sama residen yang cukup serius sukurnya gak kenapa-napa. kalo  sama perawat gak pernah. Sesama koas? heemmz banyak tapi ada yang diungkapkan, banyakan yang aku julid sendiri dalam hati terus aku jadi "oh jadi dia orangnya gini, okay liat aja" terus aku panggil ibu peri untuk mengerjai mereka. Tapi sayangnya itu hanya hayalan. Dipukilin? mungkin cukup sering (karena aku juga orangnya itu independen gitu jadi kalo bisa sendiri males ngemis2 ke orang untuk inisiatif). Dihianati? pernah. Diomongin/digunjingin dibelakang? kayaknya sering (tapi aku cuek). Ditinggalkan? pernah. Dibohongi? pernah. 

Karena sudah memasuki dewasa pun, drama-drama di kehidupan koas juga bisa menyentuh ke arah-arah dewasaaaa yang bagi aku yang polos ini sgt bikin shock. Aku hampir bisa saja mengalaminya. Sukur saja aku masih diberi keberuntungan. Aku jadi merasa, kehidupan dewasa bisa sekejam itu. Ckckck

huuufth

Akhir kata, semoga diri ini masih diberi semangat, keikhlasan, diberi rasa syukur dan hanya berpatokan untuk mencari Ridho-Nya. Semoga ilmu-ilmu yang kecil-kecil itu bisa terbayar nantinya dengan ilmu-ilmu tingkat tinggi. Semoga diri ini masih terus dilindungi, dikuatkan agar bertahan di jalan yang benar, dan diberi keberuntungan.

Semoga 1 tahun sisa Koas, bisa dimanfaatkan dengan baik dan jadi masa yang keren kayak yang nulis. 

Aamiinn. 

Yang Dipikirkan Sahabat Jomblo Setiap Kita Cerita Kisah Cinta

 Warning: tulisan ini tidak sengaja aku temukan di buku catatanku. Aku juga gak tau ini jaman aku SMA atau Kuliah. Jujur saja aku juga kaget...